Jumat, 24 Juni 2011

milk let down

MILK LET DOWN (PROSES PENURUNAN SUSU)

Menurut Frandson (1992), proses pengeluaran susu diawali oleh proses laktogenesis (sekresi susu). Bermula dari konsentrasi hormon estrogen dan progesteron, yang dipertahankan terutama oleh ovari dan plasenta selama kebuntingan, merangsan perkembangan kelenjar mammae, terutama ketika mendekati akhir masa kebuntingan, sementara pada saat yang bersamaan menghambat laktogenesis. Namun, ketika konsentrasi tersebut berubah pada waktu kelahiran (atau setelah ovariectomi atau pembuangan uterus bunting, yang kemudian menyebabkan involusi corpus luteum), terjadilah Laktogenesis. Setelah peritiwa laktogenesis, mulailah proses penurunan susu.
Pengeluaran susu merupakan suatu refleks sistematik dimana sisi averen terdiri dari saraf-saraf sensoris dari kelenjar mammae terutama nipel atau putting. Saraf-saraf ini menghantarkan impuls yang mencapai hipotalamus dan memulai pelepasan hormon nurofypoviseal melalui tractus hipotalamicopiyuitary. Penghisapan putting oleh calv (pedet) merupakan stimulus yang umum untuk refleks pengeluaran susu. Respons tersebut relatif lambat dibandingkan dengan refleks saraf yang biasa karena waktu yang diperlukan bagi hormon untuk bergerak dari neurohipofisis ke kelenjar mammae, adalah melalu aliran darah (Frandson,1992).
Proses penurunan susu (milk let down) sangat dipengaruhi oleh organ reproduksi dan sistem hormonal. Sesuai dengan pendapat Toelihere (1985) yang menyatakan bahwa penurunan susu atau milk let down yang berhubungan erat dengan organ dan hormon reproduksi disebabkan oleh oleh rangsangan penyusuan, pemerahan dan pengurutan ambing serta puting susu yang mempengaruhi pelepasan hormon oxytosin dan vasopressim dari dari kelenjar Hypofise (pituitari) posterior melalui stimulasi terhadap hipothalamus. Organ-organ yang berperan dalam proses penurunan susu adalah alveoli, milk ductus, gland cistern, teat cistern, dan streak canal. Hal ini sesuai dengan pendapat Edward (2003) yang berpendapat bahwa jaringan tebal yang mengeluarkan susu disebut alveoli. Kemudian diserap dan disalurkan ke saluran susu yang disebut milk ductus. Setelah terhubung dengan milk ductus, susu ditampung di gland cistern dan menuju putting.

Gambar 1. skema pengeluaran susu( milk ejection)

Hormon yang bekerja adalah hormon oxcytocin yang di keluarkan oleh kelenjar pituitary. Seperti pendapat edward (2003), hormon yang menyatakan bahwa pemerahan puting pada sapi yang memproduksi susu di pengaruhi oleh kelenjar pituitary yang melepaskan hormon oxytosin serta menyebar ke seluruh darah terutama ke ambing. Sehingga otot ambing tegang dan berkontraksi.
Menurut Larson (1995), proses menurunnya susu berawal dari alveolus dan berakhir di streak canal. Selama proses milk let down tidak terjadi perombakan komposisi susu. Susu pertma kali di dapatkan dari lumen pada alveoli dan saluran pengeluaran yang mengalir ke saluran yang lebih luas yaitu Gland chistern. Gland chistern terhubung dengan teat chistern sebagai penampung sementara air susu. Setelah di tampung, menuju ke spincter dan berakhir di streak canal.


Gambar 2. Organ-organ dalam proses Milk let down

Referensi
Edward, P, Call. 2003. Understanding The Mammary System. Journal Dairy Cattle III. Page 81-
83. Dairy Cattle Leader Notebook. Kansas State University. USA.

Frandson, RD. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Larson, B. 1995. The Mammary Gland. Department Of Animal Science Faculty Of Agricultural
Environtmental science. McGill University. USA.

Toelihere, Mozes. 1995. Ilmu Kebidanan pada Ternak Sapi dan Kerbau. Angkasa. Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar